Dikembalikan dengan Hembusan Nafas Saja

Demikian perempuan itu menutup ulang jendela biliknya. Kembali ia rebahkan tubuhnya pada ambin dengan tenaga yang nyaris habis. Tiada seorangpun dipercayai untuk mendengarkan penderitaan yang berkecamuk menggerogoti daya hidupnya.
Dilihati dengan masam luka pada wajah melalui pantulan cermin, lekukan luka dilengan pun enggan memudar bekasnya, lebih mengerikan lagi dengan memar dipunggung yang tak mampu dijangkau cermin oval berdimensi 5 inci. Kejut hatinya menolak lupa pada laki-laki biadab pembuat luka itu.
Bajingan...!! Umpatan hati yang melunak ditenggorokan. Nampak ia terisak-isak lemah mengeluarkan sisa-sisa air melalui sudut matanya. Nafasnya tersenggal-senggal, hatinya tersayat-sayat.
——
Dini hari pukul 03.30 terlihat ringkuk tubuh perempuan dengan raga yang sama, namun tampak lebih kurus. Tangannya merengkuh kakinya disudut bilik gelap tanpa terbuka satupun jendela. Matanya kuyu, memandang kosong takdir yang sukar diterima. 

Bila ditanya:
“Apa sebab yang membuatmu sebegini lemah dan hilang selera hidup?”
Ia menggeleng lemah, keindahan dan kecantikannya hilang termakan beban yang menimpali.

Bila ditanya kembali:
“Siapa gerangan membuatmu sebegitu murung, menyisahkan nafas yang keluar-masuk saja?”
Ia hanya mengingat satu nama. Suara perlahan keluar, tak sampai selesai mengucap satu kata dikembalikan dengan hembusan nafas saja.

Komentar

Postingan Populer