Warna (3)

Bagian 3

 “Bagaimana kabarmu?” Sembari menyuguhkan beberapa kalengan biskuit, Hayu membuka pertanyaan
 “Baik, bagaimana denganmu?” Hayu tersenyum ramah sebagai jawaban atas pertanyaan Surya. “Kenapa tidak pernah datang ke kedai?” “Apa kau datang kesini untuk menanyakan itu?” Hayu balas bertanya, Surya yang terperangkap bingung hanya bisa nyengir sebagai jawaban. Dua insan ini kembali diam, Surya sibuk dengan lintingannya dan Hayu hanya menatap kosong dengan cangkir ditangannya. Mereka saling canggung, malas mencari topik, biarlah waktu terlewat dengan tenang. 

Tapi keheningan itu membuahkan pikiran macam-macam dikepala Hayu, ia tau perasaan lelaki disebelahnya.
“Tetap jadi dirimu sendiri, berdiri diatas ideologimu, apapun itu bawa dirimu yang sebenarnya. Jangan memaksa menyukai apa yang aku sukai, jangan mendadak melakukan ini itu agar terlihat olehku. Sebab tak harus satu selera untuk bisa bersama” Pernyataan itu dengan spontan Hayu keluar dari mulut Hayu, lirih. Lelaki disebelahnya ternganga mendengar perkataan yang keluar dari Hayu. Dikepalanya muncul banyak pertanyaan. Lalu ia menolehkan kepalanya kearah wanita yang sedang duduk disampingnya. “Dari mana kamu mengetahui perasaanku?” “Surya, aku tidak sebodoh yang kau kira” Mereka saling menatap, dan keduanya tersenyum Ini adalah pernyataan perasaan yang tidak lazim. Rencana Surya menyatakan perasan pada Hayu gagal total. Tapi ia tak merasa keberatan karena disisi lain ia telah mendapat jawaban atas pertanyaan yang tidak pernah diutarakannya.

Teras kembali hening. Hening karena kebahagiaan meluap dari tubuh kedua manusia itu. Kebak. Memenuhi halaman rumah seorang wanita dengan kopi ditangan dan ditemani seorang lelaki dengan lintingannya.

TAMAT

Komentar

Postingan Populer