PENDIDIKAN PLURALISME DALAM FILM FREEDOM WRITERS




Identitas film

Judul Film : Freedom Writers

Durasi Film : 2 jam 2 menit 57 detik

Sutradara           : Richard LaGravenese

Tahun Rilis : 2007


Freedom Writers merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata. Cerita dimulai dari seorang guru baru bernama Erin yang akan mengajar di sebuah SMA. Pada hari pertama Erin mengajar ia mendapati kelas 203. Dalam kelas tersebut mayoritas para siswa adalah korban antargeng rasial yang terjadi di kota tersebut. Setiap anak duduk berkelompok dengan sesama rasnya, tidak ada murid yang mau duduk di kelompok ras yang berbeda. Ada berbagai kelompok mulai dari ras latin, ras kamboja, kulit hitam, kulit putih, dan ras selatan perbatasan atau Tijuana Kecil. 

Sebelum pelajaran dimulai, kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas bisa memicu perkelahian antar ras, karena setiap ras mempunyai kepercayaan akan mendapatkan kehormatan jika mati demi mempertahankan rasnya. Hal itulah yang lantas ingin dirubah oleh Erin. Menurut Erin, peperangan antar ras yang terus dipertahankan, hanya memperpanjang sejarah kelam yang berujung pada rasa dendam. Selain itu, juga terus menambah ribuan nyawa melayang tanpa ada yang bisa dibanggakan.

Erin menyatakan, perilaku yang dilakukan oleh para muridnya, gengster atau ras yang di bela mati matian tersebut masih amatir dan belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan holocaust yang mengambil alih negara-negara dengan propaganda, hingga pembantaian. Dari situ siswanya mulai menaruh sedikit perhatian kepada Erin. Erin tidak menyia-nyiakan hal itu, ia kemudian berdiskusi dengan kepala Departemen, Ms. Campbell (Imelda Staunton) untuk megajak muridnya membaca buku “The Diary of a Young Girl” yang ditulis oleh Anne Frank seorang anak perempuan yang menjadi korban holocaust oleh Nazi.

Film berdurasi 112 menit itu tidak berjalan dengan mulus-mulus saja, tekad Erin untuk mengubah prespektif dari murid-muridnya. Banyak cara yang ia lakukan dan tidak sedikit masalah mulai dari tidak disetujuinya rancangan program oleh pihak sekolah sehingga ia harus mengumpulkan dana dengan bekerja ditempat lain untuk menunjang keperluan belajar muridnya hingga konflik rumah tangganya yang pada akhirnya mengharuskan Erin berpisah dengan suaminya.

Akan tetapi usaha Erin tak sia-sia, sikap muridnya secara perlahan mulai berubah, misi Erin merubah muridnya mulai berhasil. Semua muridnya merasa bangga dan senang diajar oleh Erin, bahkan tidak ada satupun muridnya yang ingin diajarkan oleh guru lain selain Erin, meski pihak sekolah telah memiliki sistem pemilihan guru di masing-masing jenjang dan kelas di sekolah tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar buku The Freedom Writers dimulai dan membawa pihak dinas pendidikan turut andil dalam kebijakan sekolah yang membuat Erin bisa mengajar dikelas 203 tanpa melalui sistem pemilihan guru.

Sangat menarik dan sangat rekomendasi untuk ditonton, film dengan tema pendidikan yang menghargai dan mempromosikan keberagaman, serta memberikan kesempatan pada anak yang digolongkan sebagai buangan untuk diberikan kesempatan kembali dengan merubah cara pandangnya. Terutama kepada para pendidik dan para calon pendidik, film ini penuh dengan inspirasi untuk menghadapi permasalahan dengan siswa. Karena ada yang tak kalah penting dari materi, yaitu metode pembelajaran. Namun karena adegan dalam film ini banyak dilampirkan adegan kekerasan, film ini kurang saya rekomendasikan untuk anak dibawah umur.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer