Madah Pelumat Tak Bertabiat
Nyanyian hujan dilembah peringatan
Diserap kacau angin yang resah
Merangkai serangkai kejadian eroistik
Disudut ganjil genap ilang kota
“Tuan-Tuan menjauhlah”
Satu Hawa bicara pada segerombolan babi
Dengan jumlah nyaris tak sedikit
Mereka bertubuh gumpalD
Dantak menyediakan kebahagiaan
Satu Hawa itu pemilik indra yang dinamis
Matanya sanggup mendatangkan selaksa yang selaras
Pada dekap propaganda suasana
Ia ingin menangis meski matanya tak kenal air mata
Wsb-2021
Picture: pinterest
PROSES KREATIF
Ada beberapa hal yang saya tandai dalam menulis sajak, khususnya sajak berjudul “Madah Pelumat Tak Bertabiat” ini. Yang pertama, proses pencarian ide atau gagasan. Poin penting yang saya jadikan bahan baku berdirinya sajak ini yaitu geliat kasus perdagangan manusia untuk tujuan seksual atau PSK, hal ini tentu menjadi keresahan tersendiri bagi saya.
Saat ini, melihat rendahnya upaya perlindungan atas perempuan, menyebabkan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perempuan. Sangat disayangkan betapa perempuan tidak mempunyai posisi tawar untuk mendapatkan perlindungan atas hak-haknya. Meskipun hanya sebatas sajak saya ingin menyuarakan bentuk ketidakadilan dan bentuk pelanggaran HAM yang banyak memakan korban.
Pada diksi dan majas yang disajikan, saya tidak menceritakan secara gamblang makna dari puisi tersebut. Saya memilih beberapa kiasan, sengaja agar sajak tersebut tidak terkesan menohok.
Komentar
Posting Komentar